Pendidikan Pola di Indonesia – Jebakan Indah

Saya senang kementrian pendidikan memasukkan tema pola bilangan dalam mata pelajaran matematika SMP. Pola bilangan mendidik anak-anak untuk berkembang melalui beberapa langkah berikut ini.

APiQ Minion Bungkus

  1. Siswa berani melihat masa depan. Umumnya tantangan pola adalah menentukan bilangan selanjut, atau bilangan di masa di depan, dengan memanfaatkan bilangan / data masa lalu.
  2. Siswa berani berpikir kreatif. Mengenali pola ada banyak cara. Siswa berlatih dengan caranya sendiri untuk mendapatkan solusi kreatif.
  3. Siswa berpikir terstruktur untuk memecahkan pola umum yang lebih luas. Pada tahap akhir siswa dapat menyusun rumus atau formula baku untuk menyelesaikan masalah yang lebih beragam.

Tapi masalah pola kembali muncul karena kita tidak membatasi garis maksimal dari pembelajaran pola ini. Saya berikan beberapa contoh ilutrasi pendidikan pola yang baik dan berikutnya adalah pendidikan pola yang melampaui batas maksimal. Inilah yang saya sebut sebagai jebakan indah.

A. Tentukan dua suku berikutnya dan suku ke 100 dari pola berikut,

1, 3, 5, 7, 9, … … …

B. Tentukan dua suku berikutnya dan pola ke 100 berikut,

3, 7, 13, 21, 31, … … …

Pembahasan:

Untuk tantangan soal A bagus dan mendidik dengan tepat pengenalan pola. Tetapi tantangan B menjadi melampaui batas ketika ditanya pola ke 100.

A.

1, 3, 5, 7, 9, (11), (13),

Dengan menebak kita tahu bahwa polanya selalu bertambah 2 yang membentuk bilangan ganjil. Sedangkan pola ke 100 anak harus berpikir keras dan akan menemukan hasilnya = 2.100 – 1 = 200 – 1 = 199.

B.

3, 7, 13, 21, 31, (43), (57),

Pertanyaan dua pola suku berikutnya adalah bagus. Menantang anak untuk berpikir kreatif. Anak dapat melihat pola penambahan bilangannya membentuk pola naik.

4, 6, 8, 10, (12), (14),

Tetapi pertanyaan pola ke 100 menjadi berlebihan. Siswa bisa saja menulisnya sampai pola ke 100 tetapi itu tidak efisien. Siswa bisa saja berpikir menggunakan rumus tetapi untuk menjadi proses hafalan. Barangkali siswa dapat saja memanfaatkan aljabar tetapi itu terlalu teknis.

Meskipun kita dapat saja mengembangkan pola sebagai n(n + 1) + 1 sehingga pola 100 adalah

100(100+1) + 1 = 10100 + 1 = 10101

Hasilnya bagus kan hanya berisi angka 1 dan 0 tetapi proses bisa membuat anak-anak jadi frustasi.

Sehingga saya mengusulkan agar pihak kementrian pendidikan membatasi batas maksimal dari tipe soal pola bilangan. Secara umum saya mengusulkan agar kementrian juga membatasi soal matematika dengan tidak memasukkan tipe soal olimpiade matematika ke buku atau bahan ajar di sekolah. Olimpiade matematika adalah hal berbeda dengan pendidikan matematika. Mari berikan pendidikan terbaik untuk seluruh siswa Indonesia.

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s